Sepenggal penyesalan di masa lalu ini sering membuat hatiku jengkel, kadang aku merasa itulah keputusan yang tepat, tapi tak jarang pula kuanggap itu kesalahan yang fatal, fatal......sekali menurutku. Kini semua itu menjadi masa tersendiri bagiku. Dan inilah masaku,sebuah masa dimana aku merasa jaya, sebuah masa dimana aku bertahan meski tanpa kepastian antara aku dan dia,inilah CINTA SENDIRI.
Tettt...ttttt..tt belmasuk berbuyi tandanya aku harus segera masuk ke kelas baruku. Aku ini orangnya memeang agak lama beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi meski rasanya seperti memasuki sarang monster tetap kutegakan langkah kakiku menuju kelas yang paling terpencil itu. Hah.... Ini hari pertamaku disekolah ini, artinya hari ini aku masih dalam masa orientasi, atau yang sering kita dengar dengan MOS.
Tettt...ttttt..tt belmasuk berbuyi tandanya aku harus segera masuk ke kelas baruku. Aku ini orangnya memeang agak lama beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi meski rasanya seperti memasuki sarang monster tetap kutegakan langkah kakiku menuju kelas yang paling terpencil itu. Hah.... Ini hari pertamaku disekolah ini, artinya hari ini aku masih dalam masa orientasi, atau yang sering kita dengar dengan MOS.
Rasanya sungguh membosankan tapi meski begitu aku harus melewati semuanya dengan baik, bisa – bisa kalau salah sedikit saja aku bisa mengulanginya lagi ditahun depan, hahhhh bakal jadi lebih membosankan lagi bukan....? Penjelasan dari kakak kelas serasa begitu membosankan, kupingku serasa begitu gatel!! Suasana MOS jadi lebih suntuk kerena ini.
Akhirnya MOS berakhir juga,rasanya lega......... sekali, kebetulan sudah dua minggu aku bersekolah di sekolah baruku ini. Hari ini adalah hari Sabtu rasaya senang..... sekali bisa berjumpa dengan hari ini, karena aku sudah begitu suntuk dengan semua PR yang diberikan guru – guru baruku. Tapi Ups...ada yang ketinggalan nich, ya buku paket sejarahku!! Kecil.. ku pinjam saja pada temanku Indah, ya hari ini dia juga ada jam Sejarah bukan? Aku ke kelas Indah dulu yach..!
"Ndah, ndah , stt pinjem buku paket Sejarahnya, aku lupa bawa nih, Please?" Kataku mencari alasan dengan tetap berdiri di depan pintu kelas indah.
"Buku Sejarah yah, ehmm nih, kesini sendiri donk! Aku lagi sibuk nich!" kata Indah. Nada bicaranya memang agak kasar tapi tak apalah, dia memang begitu, apalagi dia juga memang kelihatan begitu sibuk. Dari tadi ia membuka lembaran demi lembaran buku hijau yang dipegangnya itu, lebih baik aku saja yang mengalah.
" Sibuk banget sech, mau ulangan yah?" tanyaku sambil menghampirinya dan merebut buku Biru yang ia sodorkan kepadaku.
" Iya nih mau ulangan Agama, banyak sekali yang harus dihafalin." jawabnya dengan nada agak kesal. Akupun mengucapkan terimakasih kemudian pergi meninggalkan kelas yang nampak begitu sibuk saat itu.
Sementara aku meninggalkan kelas Indah, tiba – tiba ada seseorang yang menepuk – nepuk punggung Indah dari belakang, oh...ternyata itu Aldi teman yang duduk di belakangnya.
"Ndah itu tadi siapa yah, kayaknya aku belum pernah lihat? Dia pasti teman kamu kan, dari kelas mana?" Tanya Aldi dengan penuh penasaran PLUS sambil cengar – cengir kaya orang bodho.
Ohhhh itu tadi temenku sejak kecil, namanya Dila, dia anak kelas 1D, dia itu........." Indahpun menjelas kan semua hal dan segala thetek bengek tentangku. Dan merekapun larut dalam pembicaraan mereka hingga melupakan ulangan Agama yang akan mereka hadapi.
Seperti biasa karena hari ini hari sabtu, aku dan teman – temanku selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki bersama. Aku, Lia, dan Izza bercanda bersama mengingat kejadian – kejadian yang kami anggap lucu, tapi Upsss, dari tadi ko Indah diem aja yah? emmm mungkin dia sedang memikirkan nilai ulangan PAI-nya kali yah, tapi tau ah toh besok hari Minggu, It's time to fun!
Tiba- tiba ketika kami melalui sebuah jembatan Indah nyeletuk pembicaraan kami, tau nggak apa yang dia omongin, karena dari tadi diem aja jadi begitu nyambung melenceng deh.
"Oh ya, Dil tau nggak tadi waktu kamu ke kelas ku ada yang nanya –nanya soal kamu lho!" katanya nyeletuk pembicaraan kami.
"Eh kamu yah kalau diem aja ayem, giliran bicara sebentar aja bikin sensasi, huh!" jawabku SEWOTTTT.
"Idihhh aku tuh bukan lagi buat sensasi lagi tapi memang bener ko, dia Aldi anak yang duduk di belakangku! Kalo nggak percaya tanya aja sama Shofi!" katanya memperjelas.
"Ciyye....Dila sekarang punya penggemar nih!" ledek Lia dan Izza kompak, tapi yang diledek Cuma cengar – cengir malu aja.
Seminggu berlalu setelah kejadian yang membuatku malu itu. Tapi kini keadaan lebih parah, kabar tersebut telah menyebar kesemua telinga warga kelas 1E,semua itu karena ulah Zenn "Si Mulut Besar", Si Aldi sih nggak ambil pusing, tapi yang jadi repot itu aku, gara – gara kejadian itu aku semakin mengurangi ruang gerakku, terutama untuk kelas 1E. Setiap aku lewat di depan kelas 1E, anak – anak kelas itu pasti pasang aksi cuwwit – cuwwit, ugh jadi sebbelll dech!
Tahun kini berganti, tapi ledekan itu masih setia melekat pada aku dan dia, ya Aldi, bedanya kalau dulu aku sebel setiap diledek, sekarang aku sudah mulai nyantai setiap kali anak – anak mantan kelas 1E meledekku. Mau tau nggak alasannya? Ya, selain karena sudah terbiasa ada juga faktor lain, karena aku sudah tau gimana tampang Si Aldi itu. Ehm..ehmmm jadi malu nih, eits jangan berfikir yang macem – macem yach!
Suatu hari setelah aku ulangan Matematika, aku dan Lia berniat untuk pergi jajan ke koperasi. Perut kami rasanya sudah berteriak minta diisi jajanan karena semua enegi sudah habis dikuras untuk mengisi soal – soal Matematika. Dengan langkah cepat kami menuju koperasi. Ketika menuju mulut koridor langkah kakiku agak ragu kupijakkan, ku lihat segerombolan anak laki – laki yang kurasa aku mengenalnya, mereka menujun ke arah kami. Aku tetap melangkah meski agak tertahan, ughh.. ternyata benar mereka gerombolan Aldi CS. Rasanya jantungku berdebar cepat... sekali, sampai tangan ini tersa begitu dingin, rasanya tegang..gg banget, melebihi tegangnya melewati "Terowongan Cassablanca" di malam hari. Akhirnya aku bisa melewati terowongan itu. Ugh...., lega...!
Hari demi hari, bulan demi bulan, kini sampailah aku di penghujung akhirku di SMP tersayang ini.aku harus tetap fokus pada ujianku. Rasanya baru kemarin aku beradaptasi dengan lingkungan ini, kini aku harus segera keluar dari sini, semua terasa begitu cepat hanya satu yang terasa lama, kepastian antara aku dan Aldi. Entah mengapa semakin hari aku jadi begitu senang bila diledek seperti itu. Bahkan aku merasa ada yang kurang di hariku jika aku belum diledek, belum lagi salam – salam yang datang silih berganti dari Aldi melalui perantara teman – temanku. Semuanya membuat aku semakin melambung tinggi terbawa perasaan dan tenggelam dalam sebuah penantian akan datangnya kepastian.
Ujian sudah di depan mata, aku harus menambah jam belajarku agar bisa memenangkan pertempuran di ujung akhirku ini. Sewaktu jam istirahat aku dan Lia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, entah nanti disana mau ngapain, pinjem buku kalau ada yang menarik, baca buku kalau ada yang asyik, atau mungkin sekedar ingin bertemu dengan Aldi, ya..dia memang sering berada di perpus entah mau apa, tapi yang ku tahu hanya itu. Ketika tiba diperpustakaan, reflek kuarahkan pandanganku kesekelilingku, sementara Lia sibuk mencari – cari buku yang menarik. Tiba – tiba pandanganku terarah pada segerombolan anak laki – laki yang duduk di pojok sana, tapi... ada yang ganjil kemudian hatiku mulai menghitung jumlah mereka, satu, dua , tiga, empat, eits kurang satu! mana yang satunya lagi? mana Dia? ya Aldi, mana Aldi? Ketika aku dalam kebingungan Lia mengajakku kembali ke kelas, terpaksa kuturuti kemauannya, dan akupun kembali ke kelas dengan pertanyaan tentang keberadaan Aldi yang membelenggu fikiranku.
Hari itu aku merasa nggak mood ngikuti pelajaran, entah mengapa akupun tak tahu. Rasanya hampa... banget mungkin karena hari itu aku belum bertemu dengan Aldi. Sampai tibalah istirahat kedua, ada temanku yang sekelas dengan Aldi yang memberutahukan bahwa hari itu Aldi tidak berangkat karena sakit, di depan temanku aku masih berlagak cuek walau padahal hatiku berkata "Duh...kacian banget sih kamu!".
Seminggu berlalu. Usai mengikuti jam tambahan di sekolah, aku dikejutkan dengan hal yang begitu WAH! Ya teman dekat Aldi yang sekelas denganku memintaku untuk tetap tinggal di kelas, katanya Aldi ingin membicarakan satu hal yang begitu penting dengan ku dengan kata lain dia mau "NEMBAK" aku, bener – bener Waw bukan? Huh aku benar – benar tegang saat itu, bagaimana tidak! Wong yang namanya Aldi itu nggak pernah ngobrol denganku sebelumnya, ko bisa jadi seberani ini!!!Akupun tak fikir panjang langsung ngibrit lari keluar sekolah, entah apa yang ada di fikiranku saat itu, padahal inilah yang aku nanti selama ini, aku tidak memikirkan bagaimana perasaan Aldi nanti terhadapku. Mungkin inilah yang menjadi awal dari semua yang kurasakan sekarang. Satu hal yang ada di fikiranku saat itu yaitu, lulus ujian dengan nilai yang THE BEST, aku nggak mau merusak harapanku itu dengan hal yang namanya PACARAN.
Pertarungan di penghujung akhirkupun terlewati juga, semua harapanku terwujud. Satu hal yang begitu mengganjal hatiku yaitu hubunganku dengan Aldi sampai akhirnya aku menginjak SMA. Peristiwa di SMP itu telah membuat hidupku dipenuhi oleh bayang – bayang Aldi. Semakin aku mencoba melupakannya semakin ketat bayangannya mengikuti setiap langkah hidupku. Aku baru sadar bahwa Aldi adalah orang yang kupuja selama ini, dialah yang selalu hadir dalam mimpiku, dialah yang ada dalam setiap rasa bersalahku.
Suatu hari, sepulang sekolah aku dan Lia pergi berbelanja untuk keperluanku saat menginap di sekolah baruku nanti, kami akan mengikuti kegiatan ROHIS. Jalan – jalan di trotoar toko kami lewati satu per satu, begitu banyak fenomena yang terjadi siang itu. Ada satu yang menarik perhatianku, yaitu dua pasang sejoli sedang asyik bercengkrama, Si Cewe nampak tersipu malu, andai saja peristiwa ini diabadikan dalam sebuah kartun pasti pipi Si Cewe nampak merah bagai tomat , seketika kulihat anak laki – laki yang membuat dia tersipu malu, oooohhhhhhhhh tidak!!! Aku tidak percaya, yaa dia Aldi, lelaki yang selama ini membayangi langkahku, orang yang menjadi penyebab rasa bersalahku. Aldi secepat itukah Ia melupakan kenangan kami? melupakan ku? Ya, memang semua ini salahku,andai saja saat itu aku mau bicara baik – baik dengannya, pasti sekarang tak akan jadi begini. Kupercepat langkahku menjauh darinya, menghindar dari pandangannya, aku akan malu jika ia melihatku.
Thaks God!!! Engkau telah membuka mataku, kisah ku hanya menjadi sebuah kado kecil yang begitu manis dari Mu, walaupun kami hanya sebatas saling pandang dan tak mungkin lebih lagi, tapi biarlah rasa ini menjadi hal yang hanya aku rasakan sendiri, bukannya aku serakah tapi aku tak kuasa menahan sakit yang ditimbulkannya. Biarlah kisah kami ini, hanya kami yang rasakan, begitupun perasaan ku, dan perasaannya, tak usah diungkapkan cukup dirasakan oleh hati kami masing – masing, dan biarkanlah menjadi CINTA SENDIRI.
Sepenggal penyesalan di masa lalu ini sering membuat hatiku jengkel, kadang aku merasa itulah keputusan yang tepat, tapi tak jarang pula kuanggap itu kesalahan yang fatal, fatal......sekali menurutku. Kini semua itu menjadi masa tersendiri bagiku. Dan inilah masaku,sebuah masa dimana aku merasa jaya, sebuah masa dimana aku bertahan meski tanpa kepastian antara aku dan dia,inilah CINTA SENDIRI.
Tettt...ttttt..tt belmasuk berbuyi tandanya aku harus segera masuk ke kelas baruku. Aku ini orangnya memeang agak lama beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi meski rasanya seperti memasuki sarang monster tetap kutegakan langkah kakiku menuju kelas yang paling terpencil itu. Hah.... Ini hari pertamaku disekolah ini, artinya hari ini aku masih dalam masa orientasi, atau yang sering kita dengar dengan MOS.
Tettt...ttttt..tt belmasuk berbuyi tandanya aku harus segera masuk ke kelas baruku. Aku ini orangnya memeang agak lama beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi meski rasanya seperti memasuki sarang monster tetap kutegakan langkah kakiku menuju kelas yang paling terpencil itu. Hah.... Ini hari pertamaku disekolah ini, artinya hari ini aku masih dalam masa orientasi, atau yang sering kita dengar dengan MOS.
Rasanya sungguh membosankan tapi meski begitu aku harus melewati semuanya dengan baik, bisa – bisa kalau salah sedikit saja aku bisa mengulanginya lagi ditahun depan, hahhhh bakal jadi lebih membosankan lagi bukan....? Penjelasan dari kakak kelas serasa begitu membosankan, kupingku serasa begitu gatel!! Suasana MOS jadi lebih suntuk kerena ini.
Akhirnya MOS berakhir juga,rasanya lega......... sekali, kebetulan sudah dua minggu aku bersekolah di sekolah baruku ini. Hari ini adalah hari Sabtu rasaya senang..... sekali bisa berjumpa dengan hari ini, karena aku sudah begitu suntuk dengan semua PR yang diberikan guru – guru baruku. Tapi Ups...ada yang ketinggalan nich, ya buku paket sejarahku!! Kecil.. ku pinjam saja pada temanku Indah, ya hari ini dia juga ada jam Sejarah bukan? Aku ke kelas Indah dulu yach..!
"Ndah, ndah , stt pinjem buku paket Sejarahnya, aku lupa bawa nih, Please?" Kataku mencari alasan dengan tetap berdiri di depan pintu kelas indah.
"Buku Sejarah yah, ehmm nih, kesini sendiri donk! Aku lagi sibuk nich!" kata Indah. Nada bicaranya memang agak kasar tapi tak apalah, dia memang begitu, apalagi dia juga memang kelihatan begitu sibuk. Dari tadi ia membuka lembaran demi lembaran buku hijau yang dipegangnya itu, lebih baik aku saja yang mengalah.
" Sibuk banget sech, mau ulangan yah?" tanyaku sambil menghampirinya dan merebut buku Biru yang ia sodorkan kepadaku.
" Iya nih mau ulangan Agama, banyak sekali yang harus dihafalin." jawabnya dengan nada agak kesal. Akupun mengucapkan terimakasih kemudian pergi meninggalkan kelas yang nampak begitu sibuk saat itu.
Sementara aku meninggalkan kelas Indah, tiba – tiba ada seseorang yang menepuk – nepuk punggung Indah dari belakang, oh...ternyata itu Aldi teman yang duduk di belakangnya.
"Ndah itu tadi siapa yah, kayaknya aku belum pernah lihat? Dia pasti teman kamu kan, dari kelas mana?" Tanya Aldi dengan penuh penasaran PLUS sambil cengar – cengir kaya orang bodho.
Ohhhh itu tadi temenku sejak kecil, namanya Dila, dia anak kelas 1D, dia itu........." Indahpun menjelas kan semua hal dan segala thetek bengek tentangku. Dan merekapun larut dalam pembicaraan mereka hingga melupakan ulangan Agama yang akan mereka hadapi.
Seperti biasa karena hari ini hari sabtu, aku dan teman – temanku selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki bersama. Aku, Lia, dan Izza bercanda bersama mengingat kejadian – kejadian yang kami anggap lucu, tapi Upsss, dari tadi ko Indah diem aja yah? emmm mungkin dia sedang memikirkan nilai ulangan PAI-nya kali yah, tapi tau ah toh besok hari Minggu, It's time to fun!
Tiba- tiba ketika kami melalui sebuah jembatan Indah nyeletuk pembicaraan kami, tau nggak apa yang dia omongin, karena dari tadi diem aja jadi begitu nyambung melenceng deh.
"Oh ya, Dil tau nggak tadi waktu kamu ke kelas ku ada yang nanya –nanya soal kamu lho!" katanya nyeletuk pembicaraan kami.
"Eh kamu yah kalau diem aja ayem, giliran bicara sebentar aja bikin sensasi, huh!" jawabku SEWOTTTT.
"Idihhh aku tuh bukan lagi buat sensasi lagi tapi memang bener ko, dia Aldi anak yang duduk di belakangku! Kalo nggak percaya tanya aja sama Shofi!" katanya memperjelas.
"Ciyye....Dila sekarang punya penggemar nih!" ledek Lia dan Izza kompak, tapi yang diledek Cuma cengar – cengir malu aja.
Seminggu berlalu setelah kejadian yang membuatku malu itu. Tapi kini keadaan lebih parah, kabar tersebut telah menyebar kesemua telinga warga kelas 1E,semua itu karena ulah Zenn "Si Mulut Besar", Si Aldi sih nggak ambil pusing, tapi yang jadi repot itu aku, gara – gara kejadian itu aku semakin mengurangi ruang gerakku, terutama untuk kelas 1E. Setiap aku lewat di depan kelas 1E, anak – anak kelas itu pasti pasang aksi cuwwit – cuwwit, ugh jadi sebbelll dech!
Tahun kini berganti, tapi ledekan itu masih setia melekat pada aku dan dia, ya Aldi, bedanya kalau dulu aku sebel setiap diledek, sekarang aku sudah mulai nyantai setiap kali anak – anak mantan kelas 1E meledekku. Mau tau nggak alasannya? Ya, selain karena sudah terbiasa ada juga faktor lain, karena aku sudah tau gimana tampang Si Aldi itu. Ehm..ehmmm jadi malu nih, eits jangan berfikir yang macem – macem yach!
Suatu hari setelah aku ulangan Matematika, aku dan Lia berniat untuk pergi jajan ke koperasi. Perut kami rasanya sudah berteriak minta diisi jajanan karena semua enegi sudah habis dikuras untuk mengisi soal – soal Matematika. Dengan langkah cepat kami menuju koperasi. Ketika menuju mulut koridor langkah kakiku agak ragu kupijakkan, ku lihat segerombolan anak laki – laki yang kurasa aku mengenalnya, mereka menujun ke arah kami. Aku tetap melangkah meski agak tertahan, ughh.. ternyata benar mereka gerombolan Aldi CS. Rasanya jantungku berdebar cepat... sekali, sampai tangan ini tersa begitu dingin, rasanya tegang..gg banget, melebihi tegangnya melewati "Terowongan Cassablanca" di malam hari. Akhirnya aku bisa melewati terowongan itu. Ugh...., lega...!
Hari demi hari, bulan demi bulan, kini sampailah aku di penghujung akhirku di SMP tersayang ini.aku harus tetap fokus pada ujianku. Rasanya baru kemarin aku beradaptasi dengan lingkungan ini, kini aku harus segera keluar dari sini, semua terasa begitu cepat hanya satu yang terasa lama, kepastian antara aku dan Aldi. Entah mengapa semakin hari aku jadi begitu senang bila diledek seperti itu. Bahkan aku merasa ada yang kurang di hariku jika aku belum diledek, belum lagi salam – salam yang datang silih berganti dari Aldi melalui perantara teman – temanku. Semuanya membuat aku semakin melambung tinggi terbawa perasaan dan tenggelam dalam sebuah penantian akan datangnya kepastian.
Ujian sudah di depan mata, aku harus menambah jam belajarku agar bisa memenangkan pertempuran di ujung akhirku ini. Sewaktu jam istirahat aku dan Lia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, entah nanti disana mau ngapain, pinjem buku kalau ada yang menarik, baca buku kalau ada yang asyik, atau mungkin sekedar ingin bertemu dengan Aldi, ya..dia memang sering berada di perpus entah mau apa, tapi yang ku tahu hanya itu. Ketika tiba diperpustakaan, reflek kuarahkan pandanganku kesekelilingku, sementara Lia sibuk mencari – cari buku yang menarik. Tiba – tiba pandanganku terarah pada segerombolan anak laki – laki yang duduk di pojok sana, tapi... ada yang ganjil kemudian hatiku mulai menghitung jumlah mereka, satu, dua , tiga, empat, eits kurang satu! mana yang satunya lagi? mana Dia? ya Aldi, mana Aldi? Ketika aku dalam kebingungan Lia mengajakku kembali ke kelas, terpaksa kuturuti kemauannya, dan akupun kembali ke kelas dengan pertanyaan tentang keberadaan Aldi yang membelenggu fikiranku.
Hari itu aku merasa nggak mood ngikuti pelajaran, entah mengapa akupun tak tahu. Rasanya hampa... banget mungkin karena hari itu aku belum bertemu dengan Aldi. Sampai tibalah istirahat kedua, ada temanku yang sekelas dengan Aldi yang memberutahukan bahwa hari itu Aldi tidak berangkat karena sakit, di depan temanku aku masih berlagak cuek walau padahal hatiku berkata "Duh...kacian banget sih kamu!".
Seminggu berlalu. Usai mengikuti jam tambahan di sekolah, aku dikejutkan dengan hal yang begitu WAH! Ya teman dekat Aldi yang sekelas denganku memintaku untuk tetap tinggal di kelas, katanya Aldi ingin membicarakan satu hal yang begitu penting dengan ku dengan kata lain dia mau "NEMBAK" aku, bener – bener Waw bukan? Huh aku benar – benar tegang saat itu, bagaimana tidak! Wong yang namanya Aldi itu nggak pernah ngobrol denganku sebelumnya, ko bisa jadi seberani ini!!!Akupun tak fikir panjang langsung ngibrit lari keluar sekolah, entah apa yang ada di fikiranku saat itu, padahal inilah yang aku nanti selama ini, aku tidak memikirkan bagaimana perasaan Aldi nanti terhadapku. Mungkin inilah yang menjadi awal dari semua yang kurasakan sekarang. Satu hal yang ada di fikiranku saat itu yaitu, lulus ujian dengan nilai yang THE BEST, aku nggak mau merusak harapanku itu dengan hal yang namanya PACARAN.
Pertarungan di penghujung akhirkupun terlewati juga, semua harapanku terwujud. Satu hal yang begitu mengganjal hatiku yaitu hubunganku dengan Aldi sampai akhirnya aku menginjak SMA. Peristiwa di SMP itu telah membuat hidupku dipenuhi oleh bayang – bayang Aldi. Semakin aku mencoba melupakannya semakin ketat bayangannya mengikuti setiap langkah hidupku. Aku baru sadar bahwa Aldi adalah orang yang kupuja selama ini, dialah yang selalu hadir dalam mimpiku, dialah yang ada dalam setiap rasa bersalahku.
Suatu hari, sepulang sekolah aku dan Lia pergi berbelanja untuk keperluanku saat menginap di sekolah baruku nanti, kami akan mengikuti kegiatan ROHIS. Jalan – jalan di trotoar toko kami lewati satu per satu, begitu banyak fenomena yang terjadi siang itu. Ada satu yang menarik perhatianku, yaitu dua pasang sejoli sedang asyik bercengkrama, Si Cewe nampak tersipu malu, andai saja peristiwa ini diabadikan dalam sebuah kartun pasti pipi Si Cewe nampak merah bagai tomat , seketika kulihat anak laki – laki yang membuat dia tersipu malu, oooohhhhhhhhh tidak!!! Aku tidak percaya, yaa dia Aldi, lelaki yang selama ini membayangi langkahku, orang yang menjadi penyebab rasa bersalahku. Aldi secepat itukah Ia melupakan kenangan kami? melupakan ku? Ya, memang semua ini salahku,andai saja saat itu aku mau bicara baik – baik dengannya, pasti sekarang tak akan jadi begini. Kupercepat langkahku menjauh darinya, menghindar dari pandangannya, aku akan malu jika ia melihatku.
Thaks God!!! Engkau telah membuka mataku, kisah ku hanya menjadi sebuah kado kecil yang begitu manis dari Mu, walaupun kami hanya sebatas saling pandang dan tak mungkin lebih lagi, tapi biarlah rasa ini menjadi hal yang hanya aku rasakan sendiri, bukannya aku serakah tapi aku tak kuasa menahan sakit yang ditimbulkannya. Biarlah kisah kami ini, hanya kami yang rasakan, begitupun perasaan ku, dan perasaannya, tak usah diungkapkan cukup dirasakan oleh hati kami masing – masing, dan biarkanlah menjadi CINTA SENDIRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar